HALAMAN
JUDUL.....................................................................................................
DAFTAR
ISI.................................................................................................................
BAB I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang...................................................................................................
B.
Tujuan................................................................................................................
BAB II. TINJAUAN
TEORI
A. Hotel
dieu di
lion.............................................................................................
B. Hotel
dieu di paris...........................................................................................
C. St.thomas
hospital..........................................................................................
BAB III. KASUS
DAN PEMBAHASAN
A.
Kasus...................................................................................................................
B.
Pembahasan........................................................................................................
a)
Sejarah Keperawatan
Internasional............................................
b)
Sejarah Perkembangan Keperawatan di Indonesia......................
c)
Dampak Sejarah Terhadap Profil Perawat Indonesia.................
BAB VI. PENUTUP
A.
Kesimpulan..............................................................................................
B.
Saran ......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
A.
Latar belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan
etika keperawatan. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan
kesehatan, ikut menentukan menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga
keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga kesehatan yang ada,
dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan
kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan
advokatif. Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan
professional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan
moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan
baik.
.
B.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui bagaimana sejarah keperawatan internasional,
2.
Mengetahui bagaimana sejarah keperawatan nasional, dan
3.
Mengetahui bagaimana hubungan dari sejarah keperawatan yang ada dengan
keperawatan saat ini.
KASUS DAN
PEMBAHASAN
A.KASUS
a. Mulai dikenal konsep P3K
b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan
sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan
besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
1. Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat
dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat.Selanjutnya pekerjaan perawat
digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
2. Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan
oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan
perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah
Genevieve Bouquet.
3. ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini
adalah Florence Nightingale (1820).Pada masa ini perawat mulai dipercaya banyak
orang.Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk
menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki.Hal tersebut memberi peluang
bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat.
Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the Lamp”.
B.PEMBAHASAN
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia
ada di bumi ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban
teknologi dan kebudayaan. Konsep keperawatan dari abad ke abad terus
berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan di dunia.
Sejak
zaman manusia
itu diciptakan (manusia itu
ada)/Zaman Purba
Di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah memiliki naluri untuk
merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang ibu. Naluri yang sederhana
adalah memelihara kesehatan dalam hal ini adalah menyusui anaknva
sehingga harapan pada awal perkembangan keperawatan, perawat harus
memiliki naluri keibuan (mother
instinct) kemudian
bergeser ke zaman purba di mana pada zaman ini orang masih percaya pada sesuatu
tentang adanya kekuatan mistis yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, kepercayaan ini dikenal dengan nama animisme, di mana seseorang
yang sakit dapat disebabkan karena
kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib sehingga timbul
keyakinan bahwa jiwa yang jahat akan dapat menimbulkan kesakitan dan jiwa yang
sehat dapat menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan. Pada saat itu peran perawat sebagai ibu yang merawat keluarganya yang sakit dengan
memberikan perawatan fisik serta mengobati penyakit dengan menghilangkan
pengaruh jahat. Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa di mana pada
masa itu penyakit dianggap disebabkan
karena kemarahan dewa sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang
yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut dengan bantuan priest
physician. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya diakones dan philantrop yang merupakan suatu kelompok
wanita tua dan janda yang membantu
pendeta dalam merawat orang sakit serta kelompok kasih sayang yang anggotanya
menjauhkan diri dari keramaian dunia dan hidupnya ditujukan
pada perawatan orang yang sakit sehingga akhirnya berkembanglah rumah-rumah perawatan dan akhirnya mulailah awal perkembangan ilmu keperawatan.
Perkembangan keperawatan ini mulai
bergeser ke arah spiritual di mana seseorang yang sakit dapat disebabkan
karena adanya dosa atau
kutukan Tuhan. Pusat perawatan
adalah tempat-tempat
ibadah, sehingga pada waktu itu pemimpin agama dapat disebut sebagai.
tabib yang mengobati
pasien karena ada anggapan yang mampu mengobati adalah pemimpin agama sedangkan pada waktu itu perawat
dianggap sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
Keperawatan dimulai pada saat
perkembangan agama Nasrani, di mana pada saat itu banyak membentuk diakones (deaconesses), suatu organisasi wanita yang bertujuan mengunjungi orang
sakit sedangkan orang laki-laki di berikan tugas dalam membrikan perawatan
untuk mengubur bagi orang yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah
rumah sakit di Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit di gunakan sebagai tempat merawat
orang sakit,orang cacat,miskin dan yatim piatu. Pada saat itu pula di daratan
benua Asia, khususnya di Timur Tengah, perkembangan keperawatan mulai maju
seiring dengan perkembangan agama Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam
menyebarkan agama islam di ikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan. Sebagaimana
dalam AlQuran di tuliskan pentingnya menjaga kebersihan diri, makanan,
lingkungan dan lain-lain. Perkembangan tersebut melahirkan tokoh Islam dalam
keperawatan yang di kenal dengan nama Rufaidah
Pada
permulaan abad ini perkembangan keperawatan berubah, tidak lagi dikaitkan
dengan faktor keagamaan akan tetapi berubah kepada faktor kekuasaan, mengingat pada masa itu
adalah masa perang dan terjadi eksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan
pengetahuan. Pada masa itu tempat ibadah
yang dahulu digunakan untuk merawat sakit tidak lagi digunakan
Pada
masa perang dunia kedua ini timbal prinsip
rasa cinta sesama manusia di mana saling membantu sesama manusia yang membutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia
kedua ini tokoh keperawatan Florence Nightingale (1820-1910) menyadari adanya pentingnya
suatu sekolah untuk mendidik para perawat, Florence Nightingale
mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu dipersiapkan
pendidikan bagi perawat, ketentuan jam kerja perawat dan mempertimbangkan pendapat
perawat. Usaha Florence adalah dengan
menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat diantaranya mendirikan sekolah
perawat mnetapkan tujuan pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang
harus di miliki para calon perawat. Florence dalam merintis profesi keperawatan
diawali dengan membantu para korban
akibat perang krim (1854 - 1856) antara Roma dan Turki yang dirawat di sebuah barak
rumah sakit (scutori) yang akhirnya mendirikan sebuah
rumah sakit dengan nama rumah sakit Thomas di London dan juga mendirikan
sekolah perawatan dengan nama
Nightingale Nursing School
Selama masa selama perang ini timbal tekanan bagi
dunia pengetahuan dalam penerapan teknologi akibat penderitaan yang panjang
sehingga perlu meningkatkan diri dalam tindakan perawat mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka
ragam.
Masa ini masih berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang panjang
akibat perang dunia kedua, dan tuntutan perawat untuk meningkatkan masyarakat sejahtera semakin pesat. Sebagai
contoh di Amerika, perkembangan
keperawatan pada masa itu diawali adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, pertambahan penduduk
yang relatif tinggi sehingga menimbulkan masalah baru dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan
ekonomi yang mempengaruhi pola tingkah laku individu, adanya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
dengan diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara untuk
memberikan penyembuhan bagi pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan
kesehatan seperti pelayanan kuratif, preventif dan promotif dan juga terdapat
kebijakan Negara tentang peraturan sekolah perawat. Pada masa itu perekembangan
perawat di mulai adanya sifat pekerjaan yang
semula bersifat individu bergeser ke arah pekerjaan yang bersifat tim. Pada
tahun 1948 perawat di akui sebagai profesi sehingga pada saat itu pula terjadi
perhatian dalam pemberian penghargaan pada perawat atas tangung jawabnya dalam
tugas.
Pada masa itu keperawatan sudah mulai menunjukkan perkembangan
khususnya penataan pada sistem pendidikan. Hal tersebut terbukti di negara
Amerika sudah dimulai pendidikan setingkat master dan doktoral. Kemudian penerapan
proses keperawatan sudah mulai dikembangkan dengan memberikan pengertian
bahwa perawatan adalah suatu proses, yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
Sejarah
perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh kolonial penjajah
diantaranya Jepang, Belanda dan Inggris. Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya:
Pertama, masa sebelum
kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan
Belanda. Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga
orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital
yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan
staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas
kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk
kepentingan Belanda, maka tidak diikuti
perkembangan dalam keperawatan. Kemudian pada masa penjajahan Inggris
yaitu Rafless, mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik
manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara
kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara
umum, membenahi cara perawatan pasien
dangan gangguan jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
Beberapa
rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919
rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan nama
RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian
diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan
tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang. Perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
Kedua, masa setelah
kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan
dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah
perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara
dengan diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka
pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama Program
Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan
berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun kemudian
diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di berbagai univeisitas di Indonesia
seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain.
Sejarah adalah setiap peristiwa atau kejadian di masa
lampau yang
menyenangkan maupun memilukan. Sejarah bukan sebatas cerita untuk generasi
mendatang yang ditulis sekadar untuk dihafalkan. Setiap manusia memiliki sejarah masing-masing, baik yang bersifat
individual, komunal, maupun nasional. Sama halnya dengan sejarah perjuangan bangsa. Kemerdekaan yang diraih
bukan hanya melibatkan tentara, tetapi juga seluruh elemen bangsa.
Mulai dari pemimpin sampai rakyat jelata, orang tua sampai anak-anak. Semuanya bahu-membahu berjuang dengan semangat
patriotisme.
Sejarah akan mewarnai masa depan. Apa yang terjadi di
masa sekarang dipengaruhi oleh sejarah
pada masa sebelumnya. Kesuksesan yang diraih seseorang dalam hidupnya
merupakan hasil atau buah dari keuletan dan perjuangannya di masa lalu. Contohnya
adalah negara Jepang. Negara tersebut menjadi salah satu negara yang pesat
perekonomiannya. Keberhasilan ini salah satunya dipengaruhi oleh semangat
bangsa ini untuk terus maju dan meningkatkan produktivitasnya. Teori yang sama
berlaku pula di negara kita. Keterpurukan yang dialami bangsa Indonesia di hampir
segala bidang disebabkan oleh perilaku korup yang telah mendarah daging di
negara ini sejak dulu.
Sistem
hegemoni yang diterapkan oleh bangsa Eropa selama menjajah Indonesia telah memberi dampak yang sangat besar pada
seluruh lini kehidupan, termasuk profesi perawat. Posisi Indonesia sebagai
negara yang terjajah (subaltern) menyebabkan kita selalu berada pada
kondisi yang tertekan, lemah, dan tidak berdaya. Kita cenderung menuruti apa
saja yang menjadi keinginan penjajah. Situasi ini terus berlanjut dalam kurun
waktu yang lama sehingga terbentuk suatu formasi kultural. Kultur di dalamnya
mencakup pola perilaku, pola pikir, dan pola bertindak. Formasi kultural ini terus terpelihara dari generasi ke generasi
sehingga menjadi sesuatu yang superorganic. Sejarah keperawatan
di Indonesia pun tidak lepas dari pengaruh penjajahan. Kali ini, penulis
mencoba menganalisis mengapa masyarakat menganggap perawat sebagai pembantu
profesi kesehatan lain—dalam hal ini profesi dokter. Ini ada kaitannya dengan
konsep hegemoni. Seperti dijelaskan di awal, perawat awalnya direkrut dari
Boemi Putera yang tidak lain adalah kaum terjajah, sedangkan dokter didatangkan
dari negara Belanda—sebab pada saat itu di
Indonesia belum ada sekolah kedokteran. Sesuai dengan konsep hegemoni, posisi perawat di sini adalah
sebagai subaltern yang
terus-menerus berada dalam cengkeraman kekuasaan dokter Belanda (penjajah).
Kondisi ini menyebabkan perawat berada pada posisi yang termarjinalkan. Keadaan
ini berlangsung selama berabad-abad sampai
akhirnya terbentuk formasi kultural pada tubuh perawat.
Posisi
perawat sebagai subaltern yang tunduk dan patuh mengikuti apa keinginan
penjajah lama-kelamaan menjadi bagian dari karakter
pribadi perawat. Akibatnya, muncul stigma di masyarakat yang menyebut
perawat sebagai pembantu dokter. Karena stigma tersebut, peran dan posisi
perawat di masyarakat semakin termarjinalkan. Kondisi semacam ini telah
membentuk karakter dalam diri perawat yang pada akhirnya berpengaruh pada profesi
keperawatan secara umum. Perawat menjadi sosok tenaga kesehatan yang tidak mempunyai kejelasan wewenang atau
ruang lingkup. Orientasi tugas perawat dalam hal ini bukan untuk membantu
klien mencapai derajat kesehatan yang optimal, melainkan membantu pekerjaan
dokter. Perawat tidak diakui sebagai suatu profesi, melainkan pekerjaan di
bidang kesehatan yang aktivitasnya bukan didasarkan atas ilmu, tetapi atas
perintah/instruksi dokter—sebuah rutinitas belaka. Pada akhirnya, timbul sikap ma-nut
perawat terhadap dokter.
Dampak lain yang tidak kalah penting adalah berkembangnya perilaku
profesional yang keliru dari diri perawat. Ada sebagian perawat yang
menjalankan praktik pengobatan yang sebenarnya merupakan kewenangan dokter. Realitas
seperti ini sering kita temui di masyarakat. Uniknya, sebutan untuk perawat pun
beragam. Perawat
laki-laki biasa disebut mantri, sedangkan perawat perempuan
disebut suster. Ketimpangan ini
terjadi karena perawat sering kali diposisikan sebagai pembantu dokter. Akibatnya,
perawat terbiasa bekerja layaknya seorang dokter, padahal lingkup kewenangan kedua profesi ini
berbeda.
Tidak menutup
kemungkinan, fenomena seperti ini masih terus berlangsung hingga kini. Hal ini
tentunya akan menghambat upaya
pengembangan keperawatan menjadi profesi kesehatan yang profesional. Seperti kita
ketahui, kultur yang sudah terinternalisasi akan sulit untuk diubah.
Dibutuhkan persamaan persepsi dan cita-cita
antar-perawat serta kemauan profesi lain untuk menerima dan mengakui perawat sebagai sebuah profesi
kesehatan yang profesional. Tentunya kita berharap pengakuan ini
bukan sekedar wacana, tetapi
harus terealisasikan dalam kehidupan profesional.
Paradigma yang
kemudian terbentuk karena kondisi ini adalah pandangan bahwa perawat merupakan
bagian dari dokter. Dengan demikian, dokter berhak "mengendalikan"
aktivitas perawat terhadap
klien. Perawat menjadi perpanjangan tangan dokter dan berada pada posisi submisif. Kondisi seperti
ini sering kali temui dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu
penyebabnya adalah
masih belum berfungsinya sistem kolaborasi antara dokter dan perawat dengan benar.
Jika kita
cermati lebih jauh, hal yang berlaku justru sebaliknya. Dokter seharusnya
merupakan bagian dari perawatan klien. Seperti kita ketahui, perawat merupakan
tenaga kesehatan yang paling sering dan paling lama berinteraksi dengan klien.
Asuhan keperawatan yang
diberikan pun sepanjang rentang sehat-sakit. Dengan demikian, perawat adalah pihak yang paling mengetahui perkembangan
kondisi kesehatan klien secara menyeluruh dan bertanggung jawab atas klien.
Sudah selayaknya jika profesi kesehatan lain meminta "izin" terlebih dahulu
kepada perawat sebelum
berinteraksi dengan klien. Hal yang sama juga berlaku untuk keputusan memulangkan klien. Klien baru
boleh pulang setelah perawat menyatakan
kondisinya memungkinkan. Walaupun program
terapi sudah dianggap selesai, program perawatan masih terus berlanjut karena lingkup keperawatan bukan
hanya pada saat klien sakit, tetapi
juga setelah kondisi klien sehat.
BAB IV
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang
memberikan pelayanan skesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi
masyarakat. Keperawatan ternyata sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga
saat ini Profesi keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah perkembangan
keperawatan di Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik, dalam hal
ini layanan keperawatan, tetapi juga
di dunia pendidikan keperawatan. Tidak asing lagi, pendidikan keperawatan
memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas layanan keperawatan. Karenanya, perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya melalui
pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau
calon perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya
melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak
mengalami ketertinggalan dari keperawatan internasional.
Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar
Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Salemba Medika: Jakarta
Asmadi.(2008).Konsep
Dasar Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Anonim2009.sejarah
perkembangan keperawatan di dunia,dalam di akses sabtu 1 oktober 2011 pukul 10:30 am
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada permulaan abad XVI,struktur dan orientasi masyarakat mengalami
perubahan, dari oriemtasi kepada agama menjadi orientasi pada
kekuasaan.Akibatnya banyak gereja dan tempat ibadah yang di tutup menyebabkan
kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya dilakukan oleh orde-orde
agama.Untuk memenuhi kebutuhan perawat,bekas wanita jalanan(wts)atau wanita
yang bertobat setelah melakukan kejahatan di terima sebagai perawat.
Dengan latar
belakang inilah kemudian berkembang asumsi negatif terhadap perawat dan
masyarakat beranggapan bahwa wanita terhormat tidak akan bekerja di luar
rumah.Akibat reputasi inilah ,perawat di upah dengan gaji rendah dengan jam
kerja lama pada kondisi kerja yang buruk.
Posisi perawat sebagai subaltern yang tunduk dan
patuh mengikuti apa keinginan penjajah lama-kelamaan menjadi bagian dari karakter pribadi perawat. Akibatnya, muncul stigma
di masyarakat yang menyebut perawat sebagai pembantu dokter. Karena
stigma tersebut, peran dan posisi perawat di masyarakat semakin termarjinalkan.
Kondisi semacam ini telah membentuk karakter dalam diri perawat yang pada
akhirnya berpengaruh pada profesi keperawatan secara umum. Perawat menjadi
sosok tenaga kesehatan yang tidak mempunyai
kejelasan wewenang atau ruang lingkup. Orientasi tugas perawat dalam hal
ini bukan untuk membantu klien mencapai derajat kesehatan yang optimal,
melainkan membantu pekerjaan dokter. Perawat tidak diakui sebagai suatu
profesi, melainkan pekerjaan di bidang kesehatan yang aktivitasnya bukan
didasarkan atas ilmu, tetapi atas perintah/instruksi dokter—sebuah rutinitas
belaka. Pada akhirnya, timbul sikap ma-nut perawat terhadap dokter.
Dampak lain
yang tidak kalah penting adalah berkembangnya perilaku profesional yang keliru dari
diri perawat. Ada sebagian perawat yang menjalankan praktik pengobatan yang
sebenarnya merupakan
kewenangan dokter. Realitas seperti ini sering kita temui di
masyarakat. Uniknya, sebutan untuk perawat pun beragam. Perawat
laki-laki biasa disebut mantri, sedangkan perawat perempuan
disebut suster. Ketimpangan ini
terjadi karena perawat sering kali diposisikan sebagai pembantu dokter. Akibatnya,
perawat terbiasa bekerja layaknya seorang dokter, padahal lingkup kewenangan kedua profesi ini
berbeda.
Tidak menutup
kemungkinan, fenomena seperti ini masih terus berlangsung hingga kini. Hal ini
tentunya akan menghambat upaya
pengembangan keperawatan menjadi profesi kesehatan yang profesional. Seperti kita
ketahui, kultur yang sudah terinternalisasi akan sulit untuk diubah.
Dibutuhkan persamaan persepsi dan cita-cita
antar-perawat serta kemauan profesi lain untuk menerima dan mengakui perawat sebagai sebuah profesi
kesehatan yang profesional. Tentunya kita berharap pengakuan ini
bukan sekedar wacana, tetapi
harus terealisasikan dalam kehidupan professional.
Tugas makalah : PKP
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
OLEH:
KELOMPOK 1
NAMA:
Ø
SULFITRAH GUNAWAN ( 052 )
Ø
ASNIDAR ( 055 )
Ø
HASYATI (083 )
Ø
MUH.ALIKHSAN HADA ( )
Ø
FIRMAN RAHIM ( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AVICENNA KENDARI
TAHUN AJARAN
2011/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan lupa di koment ya.........